Pernah nggak sih, kalian sebelum tidur
mandangin langit-langit kamar? Tapi kali ini kalian mandangin langit-langit
kamar bukan sambil senyum-senyum sendiri, tapi sambil menatap nanar dan
menerawang.
Kamu ngebayanin semua kejadian-kejadian yang
kamu lewati bareng dia. Tentunya dalam semua kejadian, entah itu suka maupun
duka selalu kamu lewati bareng dia. Iya, dia yang paling berharga buat kamu,
yang selalu kamu banggakan di depan semua teman-teman kamu. Tapi sayangnya, ternyata kamu nggak sebegitu
berharganya buat dia, mungkin saja dia nggak pernah menceritakan tentang
keberadaanmu di depan teman-temannya.
Ketika kamu mengetahui semuanya itu, rasanya
pasti kamu mau teriak di depan dia. Kamu ngelakuin itu mungkin biar dia bisa sadar,
biar dia bisa mikir. Tapi sayangnya nggak bisa. Sekarang yang bisa kamu lakuin itu cuma
nunggu. Nunggu sampai dia peka, nunggu sampai dia sadar.
Lalu sekarang timbul beberapa pertanyaan besar di benak kamu.
Dia nggak peka atau nggak perduli? Dia nggak
punya otak atau nggak punya hati?
Kamu pasti nggak akan pernah berharap dia
salah satu dari itu. Tapi kenyataannya, dia bisa saja keduanya. Dia emang nggak
peka dan nggak perduli.
Nggak terasa air mata netes membasahi pipi
kamu…
Kamu masih menerawang langit-langit kamar,
sambil berharap ada keajaiban yang datang menghampiri kamu. Nggak apa keajaiban
itu nggak menghampiri kamu, tapi minimal keajaiban itu menghampiri dia. Ya tentunya
biar dia sadar betapa besar cinta kamu ke dia.
Tapi biar kamu udah tersakiti sampai
segininya, dan dia nggak perduli sampai segitunya. Kamu sekarang bisa apa? Kamu
tetap nggak bisa kemana-mana kan? Kamu tetap nggak bisa apa-apa kan? Cinta itu
gak bisa kemana-mana lagi kan?
Keinginan move on memang selalu ada, tapi dia
terlalu berharga kan? Tapi dia terlalu indah kan?
Ah seandainya dia tahu sedang dicintai
sebegitu besarnya. Mungkin….ah sudahlah sebaiknya nggak perlu beradai-andai
dulu.
"I like simple songs with pretty words..."
Comments
Post a Comment