Aku tahu apa yang sudah aku lakuin ini salah. Iya,
aku telah mencintai kamu. Namun sayangnya, dalam perihal cinta, logika sama
sekali nggak pernah setuju. Dan dalam perihal rindupun, gengsi juga sama sekali
nggak pernah tunduk.
Meski aku di sini tanpa kamu, namun dengan aku
melihat kamu tersenyum, itu sudah membuat aku nggak ngerasa sendiri lagi. Dengan
munculnya senyum khas dari kamu, itu sudah cukup membuat aku merasa bahagia.
Perlu kamu ketahui, kamu selalu ada pada diri aku.
Iya, ada kamu di sini, di hati ini. Meski kamu juga ada di hatinya. Mungkin aku
dengan dia sama-sama sedang memperebutkan dirimu. Tapi bedanya, aku gagal untuk memilikimu.
Tapi pada dasarnya, cinta yang besar itu bukan
dinilai dari seberapa lama memendamnya. Tapi melainkan cinta yang besar itu
dinilai dari seberapa berani mengungkapkannya dengan begitu indah. Tapi apa
daya, aku bukannya nggak berani untuk ngungkapin semua ini, tapi aku tahu dan
aku sadar, kamu masih milik dia. Dia yang dengan mudahnya mengalahkan
perjuanganku untuk mendapatkan kamu ini. Kalau keadaannya sudah begitu, memangnya
aku bisa apa? Apa aku bisa merubah semua keadaan yang telah terjadi ini dengan
mudahnya? Apa aku bisa bertukar posisi dengan dia?
Ya memang, aku di sini tanpa kamu. Dan aku sadar
akan semua hal itu. Jadi pada intinya, aku cuma nggak mau ngancurin apa yang sudah
kamu bangun sama dia. Tapi di sini, aku bukannya sok suci. Tapi, aku cuma nggak mau kejadian
kayak gitu terjadi sama kamu. Aku cuma nggak mau melihat kamu sedih. Aku cuma
nggak mau melihat senyum kamu itu
hilang.
Biarkan saja aku di sini menunggu. Iya, aku
menunggu kamu dalam dilema. Dilema, dimana aku mengharapkan dan menanti kamu,
hingga pada akhirnya aku sendiri lagi. Jelas saja aku memilih untuk melakukan
hal itu, daripada aku harus melihat kamu bahagia, meski dengannya.
"But it's time to face the truth, I will never be with you."
Comments
Post a Comment