Skip to main content

Kepada Kamu yang Telah Pergi

“Waktu yang lama ini, yang mungkin bagi kamu bersamanya terlalu begitu singkat. Tapi waktu yang menurutku sangatlah lama ini, sama sekali nggak pernah aku lalui dengan mudah.“


Menurut kamu, meninggalkan itu mudah? Enggak, itu hal yang sangat sulit. Bahkan aku benci akan hal itu. Aku benci mengucap selamat tinggal dan selamat jalan. Aku benci membasuh kenangan demi kenangan yang sudah melekat begitu eratnya pada diriku ini. Hingga pada ujungnya aku hanya berakhir dalam kepura-puraan. Aku pura-pura mengikhlaskan. Aku pura-pura nggak terluka. Aku pura-pura tersenyum ketika melihat kamu bersamanya. Aku pura-pura tetap berjalan ke depan.


Ketika kamu berpaling, aku kembali. Ya, aku kembali ke tempat dimana kita pertama kali bertemu. Tapi sayangnya, kamu nggak pernah tahu. Entahlah itu karena kamu nggak peka atau memang kamu nggak perduli. Atau mungkin saja keduanya.

Perpisahan itu hanya aku simpan di dalam mesin waktu. Mungkin mesin waktu itu tak akan pernah mau memutar waktu untuk aku. Atau mungkin  mesin waktu itu juga tak akan pernah mau mengembalikan aku pada masa laluku.

Ledakan rindu ini sering kali membawa aku ke masa lalu. Dan lagi-lagi, kamu nggak peka dan kamu juga nggal tahu.


Aku linglung. Setelah kamu pergi, untuk siapa lagi celingukan ini? Sedetik setelah kamu pergi buat siapa lagi lengkung senyum ini?


Kamu yang semakin menjauh, cuma mendekatkan aku pada kesepian. Tapi aku selalu di sini, aku tetap bertahan di persimpangn jalan ini. Dan ketika kamu dengannya menemui akhir, kembalilah kepadaku. Aku di sini masih melambaikan tangan dingin ini kepada kamu yang telah pergi menjauh meninggalkanku.


"You promised that you'd never leave. But, where are you now?"


Comments

Popular posts from this blog

Hello, I am proud to be a part of Paragonian!

Aku. Kamu. Jarak.

Aku… Kamu… Jarak…                                                                                                                                          Sudah selama ini kita bersama, dan ada jarak diantaranya. Kamu tidak perlu tahu bagaimana khawatirnya aku. Malam-malam yang aku lalui dengan begitu banyak prasangka baik maupun buruk  ke hati. Kamu tidak perlu tahu bagaimana hati ini lelah sendiri. Menebak-nebak, sedang apa kamu di sana? Menimbang-nimbang, apakah kamu di sana benar-benar memikirkan aku tanpa ada dia di sela-selanya? Aku tidak ingin bertemu, karena bertemu denganmu  cuma memantik bara api rindu. Ji...

Message to Secret Admirer

Selamat buat kamu kamu yang masih mencari-cari. Iya, kamu yang masih mencari alasan dan pembelaan untuk terus memendam perasaan. Semua yang dipendam di dalam hati, hanya akan membuang-buang waktu. Dan semua yang dipendam di dalam hati itu, akhirnya juga akan meledak pada waktunya. Hmm… atau mungkin bagi beberapa diantara kamu sudah ada yang meledak? Ya entahlah itu meledak menjadi ungkapan perasaan yang indah, atau bahkan meledak hanya menjadi air mata yang sungguh menyakitkan. Ya tentunya itu semua hanya kamu saja yang tahu jawabannya. Memendam perasaan itu indah-indah pahit. Memendam perasan itu pasti akan ngerasain berbagai rasa. Secret Admirer itu hidupnya selalu dipermudah. Senang saja dipermudah banget. Banyak hal-hal simple yang bisa membuatnya menjadi merasa sangat senang. Misalnya, dengan dia nengok saja ke arah kita, rasanya sudah senang banget. Apalagi kalau dia sampai tahu nama kita, terus dia manggil kita, walaupun manggilnya salah-salah. Ah tapi rasan...